Koori Nagawa Network. Powered by Blogger.

Koori Nagawa Network



Tik:
          Menjelaskan beragam sumber data kualitatif
          Menjelaskan teknik sampling kualitatif
          Menjelaskan beragam teknik pengumpulan data kualitatif

Dasar pengumpulan data
          Penguasaan masalah/ materi penelitian
          Ketepatan fokus (sesuai masalah)
          Penguasaan teknik pengumpulan data

Kelenturan dalam pengumpulan data kualitatif
          Penelitian tidak dikerangkeng oleh hipotesis dan teori
          Peneliti berfikir secara lentur dan terbuka
          Bertindak dinamis
          Data sbg modal dasar bagi pemahaman (understanding)
          Data diorientasikan untuk membentuk teori

Data yang dikumpulkan
          Data kuantitatif (kuantitas)
          Data kualitatif (kualitas)
          Penelitian kualitatif fokus pada kualitas (makna fenomena)
          Data kuantitatif (jika perlu) untuk mendukung analisis kualitatif untuk mendapatkan kemantapan dalam kesimpulan akhirnya
          Data kuantitatif (jika ada) tidak bersifat pembuktian dari prediksi

Sumber data
          Ketepatan memilih dan menentukan sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperole
          Data à hal-hal yang ditemukan dilapangan sesuai dengan masalh penelitian
          Informasi à data yang telah diolah dan memberikan makna

Sumber data kualitatif, yakni:
          Informan (narasumber)
          Peristiwa atau aktivitas
          Tempat atau lokasi
          Benda
          Dokumen (arsip)
A.  
            Informan
Informan à adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan arah dan seleranya dalam menyajikan informasi
Responden à orang yang memberikan tanggapan (respon) sesuai yang ditanyakan peneliti
          Peran peneliti untuk menangkap informasi dari informan sangat menentukan kualitas hasil penelitiannya
          Peneliti harus paham terhadap karakter individu dari informan, dengan menyelidiki:
          Ltr blkng pendidikan
          Pengalaman hidup
          Posisi dalam masyarakat
          Dll

Jenis informan
          Informan awal
          Informan kunci (key informan)
          Ditemukan setelah peneliti mengumpulkan data awal dan data dari informan bersangkutan menjadi data kunci/ utama


Penentuan informan
          Teknik:
          Purpossive sampling
          Snowball sampling
          
        Tujuan:
          Kekhasan atau kerepresentatifan dari latar, individu atau aktivitas
          Dalam rangka memperhatikan heterogenitas dalam populasi
          Untuk mengkaji kasus-kasus yang kritis terhadap (yang mementahkan) teori-teori yang ada, yakni yang menjadi landasan di awal penelitian maupun yang berkembang dalam proses penelitian
          Mencari perbandingan-perbandingan untuk mencerahkan alasan-alasan perbedaan latar, kejadian atau individu
B.     
           Peristiwa/ aktivitas
  • Disengaja atau tidak
  • Rutin (berulang) atau sekali saja
  • Formal atau informal
  • Terbuka atau tertutup

          

        Dengan mengamati peristiwa yang terjadi, peneliti akan mendapatkan data lebih dari yang diharapkan
          Peristiwa dapat menunjukkan sikap atau perilaku seseorang yang selama ini tersembunyi/ tidak dapat ditangkap melalui wawancara

Peristiwa langsung dan tidak langsung
          Peristiwa langsung à peneliti mengamati saat terjadinya peristiwa
          Peristiwa tidak langsungà peneliti mengamati lewat media atau cara lain (cerita, dokumen, gambar)
          Ex:
                peneliti mengamati peristiwa kekerasan di ipdn melalui rekaman televisi
C.       
        Tempat atau lokasi
Merupakan sasaran penelitian
Data mengenai lokasi dapat memberikan arahan peneliti dalam mengumpulkan dan melakukan analisis data
a.        Ex:
                                                               i.      Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di desa x akan mempengaruhi mutu pendidikan (penelitian mutu pendidikan)
                                                              ii.      Tempat tinggal akan berdampak pada kualitas kesehatan (penelitian kualitas kesehatan)

D.      
        Benda atau hasil rekaman
Lebih banyak digunakan dalam penelitian bidang antropologi, arkheologi dsb.
Dlm bidang sosial (adm negara) benda dapat saja menunjukkan kondisi sesuatu (mis: seberapa sering ia digunakan)
Rekaman yang dimaksud sudah ada sebelumnya
E.       
        Dokumen/ arsip
Bahan tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian
Bahan tertulis formal à arsip
Peneliti harus dapat menggali makna dokumen, tidak sekedar menulis kembali
Keaslian dokumen perlu diteliti

Proses mengumpulkan data
1.       Memasuki lapangan (getting in)
2.       Berada di lapangan ( getting a long)
3.       Mengumpulkan data ( loging in data)

A.       Memasuki lapangan penelitian ( getting in)
Menentukan lokasi
Mengadakan kontak dengan calon informan
Bersikap luwes dan mengutamakan pendekatan pribadi
Adagium: “no entry, no research”

Lokasi ditentukan dengan mempertimbangkan 3 hal (unsur):
  • 1.     Adanya pelaku
  • 2.     Terjadinya kegiatan
  • 3.     Keragaman tempat


Teknis memasuki lapangan
  •           Meminta izin pihak berwenang
  •           Melakukan perkenalan dengan subjek penelitian dan menciptakan kepercayaan
  •           Menentukan janji untuk bertemu (dalam hal wawancara)
  •           Memperhatikan kondisi kejiwaan subjek
  •           Menentukan informan awal
  •           Memberitahukan tujuan penelitian secara terbuka
  •           Mengidentifikasi pihak yang berpotensi menghambat penelitian

B.       Berada di lapangan (getting a long)
  • Mengidentifikasi berbagai sumber data
  • Mencari informan kunci (key informan)
  •           Menjaga sikap ilmiah

                                                                              Menjaga relasi pribadi/ menjaga perasaan informan/ keakraban dan kekeluargaan

C.       Mengumpulkan data (logging in data)
Data dikumpulkan sesuai dengan fokus penelitian
Menetapkan key informan
                                              Menggunakan metode yang tepat:
          Wawancara mendalam (indept interview)
          Observasi
          Dokumentasi
          Kuesioner

1.       Wawancara mendalam (indepth interview)
Pengertian:
Percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu
Dilakukan oleh 2 pihak (interviewer dan interviewee)
Interviewer à mengajukan pertanyaan
Interviewee à memberikan jawaban/ komentar tujuan:
Mengkontruksi orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,perasaan, dll
Merekontruksi kebulatan masa lalu
Memproyeksikan kebulatan masa datang
          Memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari sumber lain (triangulasi sumber)
          Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti lain
          
                                        Teknik wawancara
          Dilakukan dalam suasana santai
          Menggunakan panduan wawancara (bukan daftar pertanyaan)
          Menggunakan berbagai perlengkapan (recorder, field note, camera)

2.       Pengamatan (observation)
Adalah proses pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan melalui panca indera (langsung maupun tidak) sehingga peneliti memperoleh keyakinan  atas data yang didapat melalui kenyataan yang ada

Peneliti melakukan deskripsi secara sistematis tentang kejadian yang diamati dalam setting sosial
Pengamatan (observasi) dilakukan sesuai dengan kondisi atau kejadian-kejadian yang berkembang di lapangan
          
                                        Alasan observasi
          Pengalaman adalah guru terbaik
          Meyakinkan peneliti, karena melihat/ mendengar/ merasakan sendiri
          Dapat mencatat situasi sosial lebih detail
          Menghindari bias thd data
          Mampu memahami situasi yang rumit
          Teknik lain tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal
          Menghindari bias thd data
          Mampu memahami situasi yang rumit
          Teknik lain tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal

3.       Dokumentasi
Pengumpulan data dalam dokumen yang relevan dengan masalah penelitian
Dokumen berupa laporan resmi dari instansi
Catatan pribadi dari subjek penelitian terkait dengan masalah penelitian

Instrumen penelitian
          Peneliti sendiri à melalui panca indera
          Perangkat penunjang:
          Alat perekam (recorder)
          Kamera
          Alat tulis (buku, pensil, penghapus, dsb)
          Lembar pengamatan
          Panduan wawancara















Penelitian Kualitatif diartikan:
Jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya (Strauss dan Corbin, 1997).

Penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984).


Sehingga  data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata/ kalimat maupun gambar (bukan angka-angka). Data-data ini bisa berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, memo ataupun  dokumen resmi lainnya (Maleong, 1994:3).

Latar Belakang Munculnya Pendekatan Kualitatif
Menurut Hendrarso (2007):

Penelitian Kuantitatif sering mengadopsi model penelitian ilmu alam untuk penelitian sosial sehingga tidak dapat memahami kondisi kehidupan manusia yang sesungguhnya

Metode Kuantitatif  tidak sepenuhnya dapat mengungkap kehidupan sosial secara rinci, mendalam dan utuh.
Kehidupan sosial yang sangat kompleks tidak dapat diungkap lebih jelas oleh metode kuantitatif yang telah ditentukan variabel-variabelnya terlebih dahulu secara tegas (kaku).

Hasil penelitian kuantitatif  sering bersifat makro dan kurang terperinci.
Sejarah Munculnya Pendekatan Kualitatif
    Adanya Aliran studi dari Chicago School 1910-1940

    Para Ilmuwan melakukan pengamatan terlibat (participatory observation)
    Berdasarkan catatan pribadi (personal document)
    Melakukan in-depth interview (wawancara mendalam)
    Berakar dari paradigma interpretatif
Aliran Penelitian Kualitatif dalam Paradigma Interpretatif

 Fenomenologi
 Interaksi Simbolik
 etnometodolog
Fenomologi

Tokohnya: Edmund Husserl, Alfred Schutz, Max Weber (metode verstehen)
Dilakukan untuk melihat dan mempelajari kehidupan sosial ini berlangsung dan mencermati tingkahlaku manusia (apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan)
Untuk mengerti sepenuhnya tentang kehidupan sosial berlangsung harus memahaminya dari sudut pandang pelaku itu sendiri
Interaksi Simbolis

Semua perilaku manusia pada dasarnya mempunyai social meanings (makna sosial)
Premis yang dikembangkan:

Manusia bertindak atas sesuatu berdasarkan bagaimana mereka memberi arti terhadap sesuatu itu
Meanings (makna) merupakan produk sosial yang muncul dari suatu interaksi sosial
Social actor memberikan makna melalui proses interpretasi
Jadi, untuk mempelajari tingkah laku manusia kita harus memahami sistem makna yang diacu oleh manusia yang dipelajari.
Tokoh IS: Charles Horton Coley, George Herbert Mead, Herbert Blumer
Etnometodologi

Mengkaji tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari
Fokus penelitiannya adalah realitas sosial dari kehidupan manusia sehari-hari yang bersifat mikro
Yang ditekankan adalah hal-hal nyata dan apa adanya menurut yang dilihat dan diketahui.
Tokohnya: Garfinkel (1967), d. Lawrence Wieder (1974),

Kesimpulannya…

Peneliti Kualitatif menangkap proses interpretatif dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang yang diteliti.
Diasumsikan peneliti tidak memahami arti segala sesuatu dari orang-orang yang diteliti
Karena itu peneliti harus menterjemahkan sesuatu sesuai dengan apa yang dipahami oleh orang yang diteliti

Kritik atas Pendekatan Kuantitatif (Sukidin, 2002)


Metode Kuantitatif banyak membelenggu empirisme dan rasionalisme subjek kajian
Dianggap gagal dalam mengungkap realitas sosial yang unik dan beragam, yang hanya bisa didekati dengan pendekatan kualitatif
Kajian Kuantitatif terbatas pada desain ekslusifisme, terbatas pada kajian variabel tertentu dan menghilangnya (makna) generalisasi.
Kajian atas manusia tidak sama dengan kajian atas kebendaan yang bersifat statis dan linear.
Dianggap tidak mampu mempertemukan teori yang bersifat umum dengan konteks lokal
Kabur dalam mengungkap kasus atau keunikan individu.
Kritik atas Pendekatan Kualitatif


Hasil penelitiannya tidak representatif
Terlalu bersifat Subjektif
Tidak dapat digunakan untuk menggeneralisir suatu fakta sosial secara universal dan hanya dapat digunakan pada “wilayah” kontekstual
Cenderung melebih-lebihkan pada penghargaan terhadap subjektifitas individu, kelompok, masyarakat dan atau suatu organisasi tertentu (Fatchan, 2001).

PERTIMBANGAN MELAKUKAN PENELITIAN KUALITATIF

Minimal ada dua alasan:

Karena masalah itu sendiri yang mengharuskan menggunakan penelitian kualitatif. Misalnya, penelitian yang bertujuan untuk menemukan sifat suatu pengalaman seseorang dengan suatu fenomena, seperti gejala kesakitan, konversi agama atau gejala ketagihan dan sebagainya.


Penelitian bertujuan untuk memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu yang sulit untuk digunakan untuk mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar, dan cerita mengenai segala sesuatu yang sebagian besar udah dan dapat diketahui.
Dengan metode kualitatif ini diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara terperinci tentang fenomena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif (Fatchan, 2001).

MANFAAT PENELITIAN KUALITATIF


Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, pergerakan-pergerakan sosial atau hubungan-hubungan kekerabatan (Strauss and Corbin, 1997).
Peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari (Furchan, 1992).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian kepada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan yang lain karena ada perbedaan konteks (Sukidin, 2002).

Dengan pendekatan ini peneliti dapat  memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses dan pencarian makna dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian, dengan harapan agar informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya.

Pendekatan kualitatif ini bermaksud memperoleh pemahaman yang mendalam (insight) dan menyeluruh (whole) terhadap fenomena yang terjadi melalui proses wawancara mendalam dan observasi partisipasi dalam memahami makna fenomena yang ada tersebut serta makna simbolis dibalik realita yang ada. Oleh karena itu penelitian ini akan menitik beratkan pada upaya untuk memberikan deskripsi (gambaran) umum secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat fenomena yang diselidiki dari suatu objek penelitian  serta dipaparkan dengan apa adanya.

Karakteristik Penelitian Kualitatif


Latar Alamiah à kenyataan dipahami dalam konteks keutuhan (entity).

Manusia sebagai Alat (instrumen) à Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data yang utama. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah melakukan adaptasi/ penyesuai terhadap subjek penelitian (participant-observation)

Metode Kualitatif à hal ini dilakukan dalam rangka: (a) menyesuaikan metode kualitatif dengan kenyataan lebih mudah, (b) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan informan/ responden, (c) Mudah menyesuaikan diri dengan pengaruh bersama dan nilai-nilai yang dihadapi.

Analisa Data secara Induktif à dilakukan karena beberapa alasan: (a) mudah menemukan kenyataan-kenyataan ganda dalam data, (b) menjadikan hubungan peneliti-responden lebih eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, (c) lebih mampu menguraikan latar secara penuh, (d) mampu menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, (e) memperhitungkan nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

Teori dari Dasar à (a) tidak ada teori a priori yang dapat mencakup kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin ditemui, (b) lebih mempercayai dengan apa yang dilihat sehingga berusaha untuk netral, (c) teori dasar dianggap lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual;

Deskriptif à data yang dikumpulkan adalah kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Lebih mementingkan Proses daripada hasil à tidak tergesa-gesa mengambil keputusan-kesimpulan

Adanya “batas” yang ditentukan oleh “Fokus” à penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data à penelitian tidak menggunakan konsep validitas, reliabilitas dan objektifitas sebagaimana penelitian klasik (kuantitatif)

Desain bersifat sementara à desain penelitian disusun secara terus menerus, sehingga ada kemungkinan untuk selalu berubah menyesuaikan dengan kenyataan di lapangan


Hasil Penelitian dirundingkan dan disepakati bersama à hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan sumber data, sebab susunan kenyataan yang diperoleh dari sumber data-lah yang akan diangkat dalam laporan penelitian.

Pendahuluan •UMKM adalah andalan Indonesia ketika mengalami krisis 1998 •Meski dikelola dengan sederhana, pada saat itu mereka telah mengambil peran besar Ekonomi UMKM menjadi tumpuan dan menjadi pilihan penting bagi para sarjana untuk hidup lebih sejahtera, mandiri dan menolong banyak orang mengatasi pengangguran Karakteristik Usaha Mikro & Kecil Positif 1.Tahan banting 2.Flexibel 3.Mandiri 4.Efisien (dikerjakan seluruh anggota keluarga) 5.Self (or family) financing Negatif 1.Informal 2.Skala ekonomi rendah 3.TIdak ada standar dan SOP 4.Belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen 5.Tidak disiapkan untuk menjadi besar atau tumbuh 6.Pengembangan terbatas Jumlah Penduduk Indonesia •2008 228 Juta •2009 231 Juta •2010 234 Juta •2011 247 Juta Jumlah Angkatan Kerja •2008 111,48 Juta •2009 113,74 Juta Dalam Setahun ini saja Bertambah 2,26 Juta Yang Bekerja dan Menganggur Lulusan Diploma dan Universitas Yang Menganggur 2007 2008 2009 Diploma 1.228.000 1.514.000 1.424.000 Universitas 1.260.000 1.319.000 1.198.000 Tahun 2009: 1.198.000 Sarjana menganggur Jumlah Usaha di Indonesia Jumlah Usaha (Unit) Usaha Mikro 50.700.000 Usaha Kecil 520.220 Usaha Menengah 39.660 Usaha Besar 4.370
Pengetahuan

Pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pemikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab akibat) yang hakiki dan universal.

Mengetahui berarti mampu menghubungkan antara fakta-fakta dengan pemikirannya, tanpa mempedulikan mengapa fakta itu terjadi demikian
Cara mendapatkan Pengetahuan
Secara Aktif artinya upaya yang dilakukan melalui penalaran pikiran dan perasaan orang tidak harus yakin atau percaya terlebih dahulu

Secara Pasif yaitu upaya melalui suatu keyakinan atau kepercayaan terhadap kebenaran dari sesuatu yang diwartakan dibutuhkan keyakinan dan kepercayaan yang tinggi terhadap sesuatu kebenaran Baik secara aktif maupun pasif, suatu keyakinan tetap memegang peranan penting untuk menyatakan dan menerima suatu kebenaran (kesimpulan tersebut).

Ilmu (SCIENCE)

Akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yag merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Ilmu dapat juga dimaknai sebagai sekelompok pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui pengamatan dan dapat diuji kebenarannya secara umum melalui metode-metode tertentu Ilmu dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah (scientific knowlegde).
Disebut demikian karena pengetahuan Ilmiah hanya dapat diperoleh melalui prosedur tertentu yang disebut sebagai metode ilmiah. Karena ilmu adalah pengetahuan ilmiah tentang sesuatu hal (fakta/ fenomena alami) maka disebut sebagai ilmu pengetahuan.

Ilmu menunjuk pada 3 hal:

Pengetahuan ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang sistematis atau semua pengetahuan yang dihimpun melalui suatu metode ilmiah Aktivitas dan ilmu diperoleh melalui suatu rangkaian proses yang dilakukan oleh manusia Metode dari aktivitas itu manusia dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode untuk aktivitas tersebut

Bentuk Ilmu Pengetahuan Ilmu Murni (pure science): Ilmu yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan praktis umat manusia. Ilmu ini tidak dapat memengaruhi secara langsung kehidupan manusia, kecuali dalam cara yang tidak langsung, baik untuk kebaikan maupun kejahatan

Ilmu Terapan (applied science): Ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berguna dan praktis. Ilmu dalam bentuk inilah yang memiliki peran besar dalam kehidupan manusia baik untuk kemajuan maupun kehancuran umat manusia. Contoh yang jelas dari bentuk ilmu ini adalah produk senjata untuk berperang. 

Sifat Ilmu Pengetahuan

Empiris: suatu ilmu itu diperoleh berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan

Logis: suatu pengetahuan dapat menjadi ilmu kalau dapat diterima akal sehat

Sistematis: ilmu itu tersusun dalam suatu keteraturan tertentu

Objektif: suatu itu harus bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi (personal bias).

Analitis: suatu ilmu dapat dianalisis kandungannya. Suatu ilmu berusaha membedakan pokok soal ke dalam bagian-bagian yang rinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian tersebut

Verifikatif: kebenaran yang dikemukakan oleh suatu ilmu harus dapat diuji kembali

Syarat Ilmu Pengetahuan
Ilmu harus memiliki suatu objek materia.
Ilmu harus memiliki suatu metode tertentu.
Ilmu harus tersusun secara sistematis
Ilmu harus bersifat universal

Tujuan Ilmu Pengetahuan (knowledge)
Kebenaran (truth)
Pemahaman (understanding, comprehension, insight)
Penjelasan (explanation)
Peramalan (prediction)
Pengendalian (controlling)
Penerapan (application, invention, production)

PENELITIAN
Bhs Inggris : Research re à kembali; search à mencari.
Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat dipahami secara kegiatan mencari ulang, mengungkapkan kembali gejala-gejala, kenyataan yang sudah ada untuk direkonstruksi dan diberi arti guna memperoleh kebenaran yang dimasalahkan

Pengertian PENELITIAN
Penelitian merupakan proses atau rangkaian aktivitas ilmiah dalam rangka mengungkapkan secara logis, sistematis dan metodis setiap gejala, kenyataan/ fakta yang terjadi atau ada di sekitar kita untuk direkontruksi guna mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan

Penelitian merupakan usaha manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk: memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapangan; menambah khasanah ilmu pengetahuan, baik berupa penemuan teori-teori baru atau penyempurnaan yang sudah ada 

Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh pengertian terhadap fenomena atau Untuk dapat memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi Memodifikasikan proses atau dalam mengembangkan proses baru lebih efisien 

Orientasi Penelitian
Penelitian berorientasi pada Pemecahan Masalah (problem solving), artinya bahwa suatu penelitian diadakan karena ada masalah dan ada keinginan untuk memecahkan masalah tersebut secara ilmiah. Masalah yang akan dipecahkan hendaknya bersifat terstruktur dan kompleks, bukan masalah elementer

Ciri-ciri Penelitian (Ilmiah)
Dilakukan secara sistematis.
Logis (sesuai dengan logika, masuk akal sehat dan benar menurut penalaran).
Empiris (artinya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diterima melalui indera)
Metodis (berdasarkan metode yang kebenarannya diakui menurut penalaran)
Universal (bertujuan untuk menggeneralisasi)
Akumulatif (bertambah terus, makin berkembang dan dinamis)

Manfaat Penelitian
Menjawab kesenjangan antara standar kinerja dan tingkat pencapaian kerja
Mengurangi kebingungan orang terhadap sesuatu
Memecahkan/ menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
Mengembangkan dan memperbaiki teori
Memperbaiki cara kerja

FILSAFAT suatu usaha manusia dengan akal-pikirannya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan kehidupan berfilsafat adalah berfikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas suatu fenomena secara mendalam

Berfikir kritis dan reflektif adalah ciri khas filsafat Filsafat bertujuan untuk mencapai suatu kebijaksanaan Berfikir Filsafat Berfikir filsafat berarti mencari arti yang sebenarnya dari segala hal yang ada melalui pandangan cakrawala yang paling luas

Apa hubungan filasafat dengan penelitian? Ilmu diperoleh melalui suatu penyelidikan ilmiah (scientific inquiry) yang disebut penelitian (research) Penelitian merupakan rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan koginitif dengan berbagai metode sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,Filsafat akan mempertajam analisis peneliti dan meningkatkan pengertian terhadap penelitian yang bersangkutan

Dengan filsafat ini peneliti akan lebih memahami langkah-langkah yang dilakukannya dalam penelitian, penulisan laporan dan diseminasi hasil penelitian. Filsafat akan mendorong peneliti untuk lebih bersikap rasional, kritis, terbuka, rendah hati, skeptis dan postif serta tidak fanatik

Unsur-unsur Penelitian
Filsafat, menjadi pangkal beranjaknya suatu pemikiran.
Berfikir, membentuk gagasan dasar (konsep).
Nalar, menjalankan proses pemahaman persoalan yang menjadi pokok bahasan dan selanjutnya menjalankan proses penarikan kesimpulan.
Definisi, membuat batasan-batasan pengertian tentang lambang sebagai abstraksi objek, atau tentang konsep sebagai abstraksi ujud.
Asumsi, menjadi latar belakang suatu pernyataan hipotetik dan mengisi hipotesis dengan suatu implikasi tertentu.

Filsafat penelitian suatu sistem pemikiran yang mengarahkan penelitian menuju perolehan makna yang mendalam tentang masalah yang sedang dikaji memperoleh makna berarti memahami hakikat esksitensi fakta dan kejadian yang terkandung dalam masalah tersebut sebagai suatu kausalitas. Sesuatu tidak dapat eksis tanpa sebab dan sebab selalu mendahului akibat (hukum kausalitas).


HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

•Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

•Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

•Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

•Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

•Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

•Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.

Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.

Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya

Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.

Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.

Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah

Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.

Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.

Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :

Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.

Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.

Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
Leaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.

Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.

Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.

A. Karakter Kepemimpinan

Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

B. Metode Kepemimpinan

Kepala Yang Melayani
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

C. Perilaku Kepemimpinan

Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

KEPEMIMPINAN SEJATI

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.

Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam bertahun – tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :

Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.

Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.

Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).

Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
•Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
•Visi yang jelas (clear vision).
•Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb.

PENGERTIAN AUDITING

Konrath(2002:…) mendefinisikan auditing sebagai “ suatu objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beaslev, 2003, hal 11, Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person

Menurut Sukrisno Agoes, Auditing adalah : “ Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Beberapa hal penting dari definisi di atas :
1. Yang diperiksa adalah laporan keuangan yang disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya.
Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Catatan pembukuan terdiri dari buku harian, buku besar, dan buku pembantu. Bukti pendukung antara lain bukti penerimaan kas dan pengeluaran kas, faktur penjualan, jurnal voucher dan lain-lain. Dokumen lain yang perlu diperiksa antara lain notulen rapat direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak, perjanjian kredit dan lain-lain.

2. Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.
Dalam melakukan pemeriksaan, akuntan publik berpedoman pada SPAP (di Amerika GAAS).
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, pemeriksaan harus dipimpin oleh seorang yang bergelar akuntan dan mempunyai ijin praktek sebagai akuntan publik dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan harus berpendidikan, berpengalaman dan berkeahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntansi.

Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai dengan membuat AUDIT PLAN yang memuat kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama, kapan laporan harus selesai, berapa orang staf yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi dan perpajakan.

3. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik.
Independen berarti tidak mempunyai kepentingan tertentu di perusahaan tersebut (Misal sebagai pemegang saham, direksi) atau mempunyai hubungan khusus (Misal keluarga dari pemegang saham, direksi).

Akuntan publik harus independen karena sebagai orang kepercayaan masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak dan melaporkan apa adanya.
4. Tujuan pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan PABU (di Indonesia: SAK, di Amerika: GAAP), diterapkan secara konsisten, dan tidak mengandung kesalahan yang material.
Akuntan publik tidak menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara sampling, sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan keuangan tetapi jumlahnya tidak material sehingga tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Oleh : Hermanto Rohman

Penganggaran Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter.Sedangkan penganggaran sendiri adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran (Mardiasmo, 2004: 61). Pengertian tersebut mengungkap peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi publik. Dalam organisasi publik anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Atas dasar itulah maka pembicaraan tentang persoalan penganggaran akan terkait dengan keuangan negara dan juga akuntabilitas.

Terkait dengan Penyelenggaraan anggaran di daerah Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya paket undang-undang bidang keuangan negara, yaitu UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara serta UU 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Gubernur /Bupati /Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pertanggung jawaban tersebut dituangkan dalam Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 tahun 2005). Disamping Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada Intinya semua peraturan tersebut menginginkan adanya akuntabilitas serta transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah.

Isu Akuntabilitas Penganggaran Daerah

Konsep Akuntabilitas mencakup eksistensi dari suatu mekanisme (baik secara konstitusional maupun keabsahan dalam bentuknya) yang meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber-sumber publik dan kinerja perilakunya. Aplikasi akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program pelayanan publik dan pembangunan (program accountability), pembiayaannya (fiscal accountability), pelaksanaan, pemantauan dan penilaiannya (process accountability) sehingga program tersebut dapat memberikan hasil atau dampak seoptimal mungkin sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan (outcome accountability). Para penyelenggara pemerintahan menerapkan prinsip akuntabilitas dalam hubungannya dengan masyarakat/publik (outwards accountability), dengan aparat bawahan yang ada di dalam instansi pemerintahan itu sendiri (downwards accountability), dan kepada atasan mereka(upwards accountability).

Berdasarkan substansinya, prinsip bertanggung jawaban mencakup akuntabilitas administratif seperti penggunaan sistem dan prosedur tertentu (administrative accountability), akuntabilitas hukum (legal accountability), akuntabilitas politik antara eksekutif kepada legislatif (political accountability),akuntabilitas profesional seperti penggunaan metode dan teknik tertentu (professional accountability),dan akuntabilitas moral (ethical accountability). Apabila semua yang dikatakan di atas dapat terpenuhi, maka akan tumbuh kepercayaan kepada aparat dan keandalan lembaga pemerintahan yang ada.

Terkait dengan artikel masalah akuntabilitas anggaran publik di daerah sebagaimana yang disampaikan Wahyudi Kumorotomo, terdapat beberapa isu strategis berkenaan dengan akuntabilitas :
Kaitannya dengan administrative accountability dan professional accoutability isu pokok yang muncul adalah buruknya kinerja pengelolaan anggaran daerah. Kenyataan tersebut secara gamblang bisa kita ketahui dari makin sedikitnya laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tahun 2009 jumlahnya hanya delapan daerah dari 164 LKPD yang dilaporkan. Padahal, pada 2004 lalu jumlah laporan keuangan daerah yang mendapatkan opini terbaik berjumlah 21 buah. Pada 2005 turun menjadi 17 daerah, bahkan sejak 2006 merosot tajam menjadi kurang dari 10 daerah. ( Media Indonesia, 14 Agustus 2009)

Kaitannya dengan legal accountability dan Political accountability, isu pokok yang menunjukkan buruknya akuntabilitas itu bisa dilihat dengan banyaknya kasus korupsi yang terjadi di daerah berawal dari penyelewengan dana di daerah. Berdasarkan temuan KPK, terdapat imbalan yang didapat dari penyimpanan dana milik pemerintah daerah pada suatu bank tidak masuk ke kas daerah, tapi masuk kantong pribadi (Media Indonesia, 14 Agustus 2009). Selain itu juga banyak terjadi kasus penyimpangan anggaran daerah karena tidak memahami ketentuan / dasar hukumnya misalnya dalam pengadaan barang dan jasa. Sedangkan terkait political accoutabilitymestinya legislatif mempunyai peran untuk kontrol terhadap penggunaan anggaran daerah, namun yang terjadi justru sebaliknya banyak terjadi dugaan pemufakatan antara eksekutif dengan legislatif untuk melakukan korupsi terhadap anggaran tersebut demi kepentingan parpol saat pemilu (contoh Kasus Korupsi P2SEM di Jatim), serta juga masuk ke bupati incumbent untuk kepentingan kemenangan pilkada periode selanjutnya.

Kaitannya dengan ethical accountability, pengalaman juga menampakkan bahwa buruknya kinerja akuntabilitas hal itu bisa dilihat banyaknya dana yang tidak terserap dengan nilai SILPA rata-rata tinggi di daerah belum lagi banyak PEMDA yang kemudian menyimpan dananya dalam SBI dari pada untuk merealisasikannya bagi masyarakat. Persoalan lain juga adalah banya alokasi anggaran daerah yang di peruntukkan bagi belanja aparatur dari pada belanja langsung untuk rakyat.
Berdasarkan uraian diatas secara umum, akuntabilitas akan rendah jika tidak ada pengecekan eksternal pada eksekutif dan pengendalian yang dilakukan oleh eksekutif secara administrasi lemah. Keberadaan akuntabilitas tergantung pada banyak faktor, beberapa bersifat sangat penting, misalnya kekuasaan institusional legislatif, keberadaan anggota yang cocok, baik dalam pemberian informasi maupun sanksi, pengambilan peran oleh legislator, serta kejujuran dan kepercayaan. Akuntabilitas berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam proses penganggaran oleh legislatif dan keberadaan pengendalian eksternal yang berada di bawah keleluasaan legislatif dalam pajak dan pembelanjaan. Adalah mungkin memahami akuntabilitas sebagai prosedur informal, tapi biasanya secara kuat berhubungan dengan pengendalian administratif.

Desentralisasi Fiskal Mampukah Memakmurkan Rakyat?

Desentralisasi Fiskal adalah adalah transfer kewenangan di area tanggung jawab finansial dan pembuatan keputusan termasuk memenuhi keuangan sendiri, ekspansi pendapatan lokal, transfer pendapatan pajak dan otorisasi untuk meminjam dan memobilisasi sumber-sumber pemerintah daerah melalui jaminan peminjaman (Litvac dan Seddon, 1998: 3) dalam Sait Abdullah (2005:64)). Pada kenyataannya, isu yang berkembang dan menarik dalam kajian desentralisasi fiskal adalah pemberian tanggung jawab fiskal yang lebih jelas pada tingkatan pemerintahan yang tepat. Tanggung jawab ini, mencakup mulai dari merancang hingga menerapkan beragam aspek yang terkait dalam hubungan keuangan intrapemerintahan.

Bila mengacu pemahaman tersebut mestinya yang terjadi dari penerapan desentralisasi fiskal adalah daerah mempunyai banyak keleluasaan untuk menentukan pengelolaan penerimaan. Keleluasaan itu diantaranya, yaitu keleluasan terkait jenis pengeluaran apa yang harus dilakukan oleh suatu tingkatan pemerintahan tertentu ? (expenditure assignment); jenis penerimaan apa yang harus dipungut dan berapa tarif pajak yang harus dibuat oleh tingkatan pemerintahan tertentu ? (revenue assignment); bagaimana seharusnya bantuan intrapemerintahan dan bagi hasil harus digunakan untuk mengatasi kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan di tingkat pemerintahan daerah dan dapat memberikan insentif yang tepat bagi daerah ?; Tingkatan pemerintahan yang mana yang tepat untuk membiayai pengeluarannya melalui pinjaman yang berasal dari dalam atau luar negeri, swasta, atau publik ?. Keleluasaan-keluasaan tersebut apabila dapat berjalan mestinya akan berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah, namun yang terjadi pemanfaatan keleluasaan tersebut ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas pelayanan dari masyrakat.

Pertanyaannya kemudian mengapa peningkatan kulaitas layanan dan kesejahteraan masyarakat tidak terjadi?. Seperti di jelaskan diawal bahwa pengelolaan Keuangan Negara sebagai kegiatan (pemerintah) di dalam mencari sumber-sumber dana (sources of fund), dan kemudian bagaimana dana tersebut digunakan (uses of fund), untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah, dewasa ini akan terkait dengan isu akuntabilitas sebagaimana kajian good governance. Tuntutan untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara tersebut, membutuhkan komitmen, integritas, dan kompetensi manajerial dan teknis dalam penataan keuangan negara khususnya, serta dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.

Atas dasar asumsi itulah ketidak berhasilan desentralisasi fiskal adalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerah merupakan akibat dari buruknya akuntabilitas dalam anggaran di daerah. Buruknya akuntabilitas dalam anggaran salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas pengelolaan keuangan negara yang meliputi :
1. Tersendat-sendatnya pengajuan anggaran;
2. Rendahnya daya serap anggaran;
3. Kelambatan melaporkan keuangan serta tidak sesuai standar akuntansi pemerintah;
4. Buruknya komunikasi politik antara Pemda dan DPRD menjadi penyebab keterlambatan penetapan anggaran;
5. Dana APBN menumpuk di rekening Bank Pemda, yang selanjutnya disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
6. Proses perencanaan di daerah juga masih lemah, sehingga program atau proyek tidak bisa diselesaikan dalam satu tahun anggaran;
7. Pelaksanaan anggaran buruk, kesejahteraan bangsa juga merosot.

Hal ini kemudian menjadikan kemiskinan dan pengangguran tetap besar meski anggaran selalu naik terus. Berdasarkan laporan hingga saat ini ketimpang anggaran pusat dan daerah masih sangat besar (70 persen berbanding 30 persen), dan seharusnya relatif berimbang. Sedangkan belanja aparatur di Provinsi ataupun Kabupaten/Kota saat ini sangat tinggi, mencapai 71 persen dan belanja public hanya 29 persen. Pembangunan tidak benar-benar berdampak langsung pada pemberantasan kemiskinan.

Problem Belanja Daerah

Dalam menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab salah satu isu strtegis adalah bagaimana pengelolaan angaran ini bisa dihindarkan dari kebocoran serta pemberosan dalam pembelanjaannya. Dalam masa reformasi telah dilakukan terobosan kebijakan dengan penciptaan dokumen anggaran induk APBN dan APBD yang berubah dari sistem T-account yang telah dipakai selama lebih dari tiga dasawarsa oleh pemerintah Orde Baru menjadi sistem I-account yang lebih terbuka, lugas dan menuntut pertanggung jawaban anggaran yang jelas serta diterapkannya sistem anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) (Kumorotomo, 2008).

Menurut Mercer (2002) sebagaimana yang dikutip dalam Kumorotomo , anggaran kinerja adalah sistem yang menekankan keterkaitan antara pendanaan dengan hasil- hasil yang dicapai; A performance budget is an integrated annual performance plan and annual budget that shows the relationship between program funding levels and expected results. It indicates that a goal or a set of goals should be achieved at a given level of spending. Secara ideal, anggaran kinerja akan dapat meningkatkan prestasi jajaran pemerintahan dalam penyelenggaraan kegiatan administrasi atau pelayanan publik. Bahkan dalam salah satu laporannya Bank Dunia mengatakan bahwa dengan menyertakan informasi yang jelas tentang kinerja pemerintah, anggaran kinerja akan dapat meningkatkan akuntabilitas publik dan meningkatkan kualitas pelayanan publik (World Bank, 2003).

Namun dalam kenyataannya mesti sistem ini di berlakukan persoalan dalam pembelanjaan anggaran cenderung terjadi pemborosan dan tidak berpihak pada masyarakat masih berjalan. Berdasarkan berita yang dimuat di koran harian Kompas Bandung, disebutkan bahwa telah terjadi banyak kebocoran pada RAPBD 2007 Kab. Bandung. Pernyataan tersebut dimulai dari temuan-temuan FDA (Forum Diskusi Anggaran) ketika menganalisis enam RKA (Rencana Kegiatan dan Anggaran) dari beberapa dinas sebagai sampel, yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kesehatan, dan Dinas Permukiman dan Tata Wilayah. Pemborosan terjadi karena ketidaksesuaian dengan Permendagri No 26/2006 mengenai tata cara penyusunan APBD 2007 atau keputusan bupati mengenai standar harga. Dari 77 kegiatan Dinas Pendidikan ternyata sudah ditemukan pemborosan sebanyak Rp 81,5 miliar yang berasal dari penggelembungan accress (kebutuhan untuk mengantisipasi kenaikan gaji berkala, pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai karena mutasi) melebihi ketentuan, yaitu 17,5 persen dan harga satuan belanja barang. Ironisnya, masyarakat sering kali harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan, dengan alasan keterbatasan anggaran. Sementara di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, FDA menyoroti rencana pembangunan Gedung Kesenian yang menghabiskan Rp 19 miliar, Rp 16 miliar untuk pembebasan lahan dan Rp 3 miliar untuk pembangunan gedung.

Hal ini menggambarkan bahwa anggaran yang disusun tidak menggambarkan kepentingan untuk bisa meningkatkan pelayanan pemerintahan serta potret dari kebutuhan masyarakat. Mengapa ini terjadi karena kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan permasalahan di masyarakat (Keefer dan Khemani, 2003; Ablo dan Reinikka, 1998).

Dalam konteks pengelolaan pembelanjaan keuangan daerah, pengalokasian belanja modal mestinya sangat berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan untuk pemeliharaan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal tersebut. Konsep multi-term expenditure framework (MTEF) menyatakan bahwa kebijakan belanja modal harus memperhatikan kemanfaatan (usefulness) dan kemampuan keuangan pemerintah daerah (budget capability) dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang (Allen dan Tommasi, 2001).

Perbaikan Sistem Penganggaran Publik

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kinerja penganggaran daerah membutuhkan Akuntabilitas anggaran daerah yang baik. Sedangkan Akuntabilitas sejatinya adalah kunci dari konsep good governance yang merupakan bagaian kajian ilmu administrasi yang kini sedang menguat dalam geliat dan situasi dunia yang sedang mengglobal. Akuntabilitas menjunjung tinggi equitable danresponsivenes to people’s needs merupakan resultante dari proses dan prinsip-prinsip good governance (transparansi, efectivitas, efisiensi) serta globalisasi (demokrasi dan kompetisi). Terkait dengan good governance maka hal-hal yang perlu di lakukan sebagai strtategi perbaikan dalam penganggaran publik adalah :
Penekanan akuntabilitas pengeluaran negara adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan menggunakan uang publik, kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung-jawaban tersebut (DPR dan masyarakat luas). Aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh para manajer pemerintah adalah: a) Aspek legalitas pengeluaran negara yaitu setiap transaksi pengeluaran yang dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya; b) Pengelolaan (stewardship) atas pengeluaran negara yang baik, perlindungan aset fisik dan finansial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus. Adapun prinsip-prinsip akuntabilitas pengeluaran negara adalah: (1) Adanya sistem akuntansi dan sistem kemampuan negara yang dapat menjamin bahwa pengeluaran negara dilakukan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Pengeluaran negara yag dilakukan dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan; dan (3) Pengeluaran negara yang dilakukan dapat berorientasi pada pencapaian visi, misi, hasil dan manfaat yang akan diperoleh.

Value for Money dalam Pengeluaran negara harus berdasarkan konsep value of money, yaitu:
a) Ekonomi, adalah hubungan antara pasar (nilai uang) dan masukan (input). Ekonomi adalah praktek pembelian barang dan jasa pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang memungkinkan. Sesuatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang dianggap tidak perlu. Oleh karena itu pada hakekatnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomi, karena kedua-duanya menghendaki penghapusan/penurunan biaya;
b) Efisiensi, berhubungan erat dengan konsep efektivitas, yaitu rasio yang membandingkan antara output yang dihasilkan terhadapinput yang digunakan. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan dilakukan secara efisien apabila suatu target kinerja tertentu (outcome) dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan biaya yang serendahrendahnya; dan
c) Efektivitas, merupakan kaitan atau hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapainya. Efektivitas dalam Pemerintahan dapat diartikan penyelesaiannya kegiatan tepat pada waktunya dan di dalam batas anggaran yang tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang telah direncanakan.

Peningkatan pengetahuan dan kemampuan teknis bagi setiap aparat pemerintah, hal ini penting terutaama dalam proses penyusunan anggaran berbasis kinerja menjadi kebutuhan yang mendesak. Proses penyusunan anggaran berbasis kinerja merupakan alat bantu dalam menciptakan pelayanan publik yang efisien, efektif auditable, akuntabel, dan responsif.

Refrensi :
Abdul Hakim. 2006. Reformasi Penglolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.
Ablo, Emmanuel & Ritva Reinikka. 1998. Do budget really matter? Evidence from public
spending on education and health care in Uganda. World Bank, Policy Research
Paper 1926
Allen, Richard & Daniel Tommasi. 2001. Managing Public Expenditure: A Reference Book
forTransition Countries. Paris: SIGMA-OECD
Keefer, Philip & Stuti Khemani. 2003. The political economy of public expenditures.
Background paper for WDR 2004: Making Service Work for Poor People. The World
Bank.
Kumorotomo, Wahyudi & Erwan Agus Purwanto (eds.), Anggaran Berbasis Kinerja: Konsep
dan Aplikasinya, MAP Press, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 2005
Kumorotomo, Wahyudi,2008 ,Teknik Penganggaran Untuk Perencanaan Sosial, Materi ini
disampaikan pada Pelatihan Perencanaan Pembangunan Sosial-Budaya Provinsi Maluku Utara. Ternate, 14-21 Januari 2008.
Mardiasmo (2002), Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta.
Mardiasmo, 2006, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, Jurnal Akuntansi Pemerintahan,
Vol. 2, No. 1, Mei 2006, Hal 1 – 17
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat Dan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah


Fungsi-fungsi Administrasi bagi Pembangunan
Perencanaan
Pengerahan Sumber Daya
Pengerahan partisipasi masyarakat
Penganggaran
Pelaksanaan pembangunan
Koordinasi
Pemantauan dan evaluasi
Pengawasan
Peran informasi
Perencanaan

Merupakan pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan, untuk mencapai tujuan yang dikehendaku
Merupakan tugas pokok dalam administrasi bagi pembangunan
Adanya ketimpangan antara sumber daya dengan kebutuhan pembangunan > perlu perencanaan agar tercapai efektivitas dan efisiensi

Maraknya pembangunan berbasis pasar dengan munculnya pandangan neo-liberalisme di berbagai belahan dunia mengancam perencanaan
Tetapi Friedman (1987) membantah hal tsb dengan menunjukkan adanya perencanaan di AS

Unsur Pokok Perencanaan

Penyusunan rencana harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan:
Tujuan akhir yang dikehendaki
Sasaran dan prioritas u/ mewujudkannya
Jangka waktu u/ mencapai sasaran tsb
Masalah-masalah yang dihadapi
Modal/sumber daya yg akan digunakan serta pengalokasiannya
Kebijaksanaan-kebijaksanaan u/ melaksanakannya
Orang, organisasi dan badan pelaksanaannya
Mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaannya
Perencanaan bersifat kontinyu
è Untuk itu diperlukan informasi yang cepat, tepat dan akurat

Kegagalan Perencanaan

Penyusunan perencanaan tidak tepat
informasi kurang lengkap atau tidak realistis

Pelaksanaan tidak sesuai perencanaan
aparatnya tidak siap/tidak kompeten
Seringkali pelaksanaan terpisah dari perencanaan

Perencanaan mengikuti paradugma tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan di negara tertentu
kesalahan dalah falsafah/konsep dalam perencanaan tsb

Perencanaan yang terlalu terpusat
tidak adanya partisipasi Supaya tidak gagal maka:

Pengerahan Sumber Daya
Setelah perencanaan disusun dengan baik, langkah berikutnya adalah pengerahan sumber daya u/ pembangunan, sumber daya tsb bisa berupa:
Dana
SDM
SDA
Teknologi
Organisasi/Kelembagaan
Mobilisasi Dana Pembangunan
Sebagaimana sudah diutarakan sebelumnya perlu ada dana u/ pembangunan
Dana tersebut dikumpulkan dalam bentuk
Tabungan pemerintah
Tabungan masyarakat
Investasi dalam negeri/asing
Untuk itu pemerintah harus merangsang investasi melalui berbagai instrumen dan kemudahan

Penyiapan Sumber Daya Manusia
Mempersiapkan SDM yg berkualitas, yakni tenaga kerja yang
kreatif
produktif
memiliki disiplin dan etos kerja, serta mampu
mengembangkan potensi dan memanfaatkan peluang (enterprising).
Persiapan SDM itu hampir di semua bidang pembangunan terutama: diklat, ipteks, agama & budaya
Penguatan Kelembagaan
Pembangunan sebagai kegiatan yang kompleks meliputi berbagai disiplin, sektor, kepentingan, dan kegiatan àmemerlukan lembaga-lembaga yang mampu menampung, menyalurkan, dan mengatasi, serta mensinergikan berbagai aspek tersebut.

Lembaga-lembaga itu meliputi:
Birokrasi
Pasar (dunia usaha)
Partai politik
Lembaga hukum
dsb
Menggerakkan Partisipasi Masyarakat
Seringkali pembangunan tidak mencapai sasaran karena tidak melibatkan rakyat.

Hal tsb terjadi karena:
Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat
Masyarakat tidak memahami maksud pembangunan
Pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat
Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tapi rakyat tidak dilibatkan

Menggerakkan Partisipasi Masyarakat
Oleh karena itu dalam administrasi pembangunan harus:
Melibatkan rakyat,
Harus dipahami maksudnya oleh rakyat
Harus mengikutsertakan rakyat dalam pelaksanaannya, dan
dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kini partisipasi masy dalam pembangunan diwujudkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan

aspek penting dalam partisipasi
Terlibatnya rakyat dalam proses politik untuk arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan
Meningkatkan artikulasi(kemampuan) masyarakat dalam pembangunan
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan.
Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunan

hal penting dalam partisipasi

Kepemimpinan
bagaimana pemimpin menciptakan partisipasi dalam pembangunan

Komunikasi
Bagaimana pemerintah mengkomunikasikan pembangunan

Pendidikan
Pendidikan tinggi akan mempermudah partisipasi

Penganggaran
Anggaran menghubungkan tugas (tasks) yang akan dilakukan dengan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakannya (Rubin, 1992)
Sistem penganggaran dikenalkan pertama kali di Inggris (1822)
Falsafah anggaran negara menunjukkan sistem politiknya.
Dalam sistem yang demokratis, rakyat melalui wakil-wakilnya menentukan kebijaksanaan anggaran

Penganggaran
Penyusunannya mempertimbangkan kebijakan anggaran pemerintah apakah berimbang atau defisit.
Anggaran terdiri dari dua sisi yaitu Penerimaan & Pengeluaran
Sisi penerimaan:
Didapat dari pajak dan bukan pajak
Jika kurang dapat meminjam

Penganggaran
Sisi pengeluaran:
Anggaran rutin: anggaran yang diperlukan untuk biaya rutin pemerintah, meliputi:
belanja pegawai,
belanja barang rutin,
membayar hutang negara (jika ada)

Anggaran pembangunan
yakni dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan pembangunan yang direncanakan.
Terdiri dari dana yang bersumber dari penerimaan dalam negeri dikurangi belanja rutin yang disebut juga sebagai tabungan pemerintah, dan bantuan luar negeri berupa pinjaman atau hibah.
Pinjaman luar negeri dapat berbentuk bantuan program dan bantuan proyek.

Pelaksanaan Pembangunan
Untuk melaksanakan pembangunan pemerintah biasanya menuangkan dalam bentuk proyek-proyek
Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan jelas
tujuannya (objective),
sasaran yang akan dicapai (target),
cara mengukur keberhasilannya (performance evaluation),
jangka waktu pelaksanaannya,
tempat pelaksanaannya,
cara melaksanakan,
Kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan,
biaya
tenaga yang diperlukan dan badan yang akan melaksanakannya

Proyek biasanya menginduk ke program tertentu dari pemerintah
Tugas administrasi pembangunan untuk menjamin bahwa proyek- proyek pembangunan yang secara fisik dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran pemerintah, berjalan seperti yang dikehendaki dan mencapai sasaran seperti yang direncanakan, dengan cara yang seefisien mungkin.

Koordinasi
Dengan koordinasi diupayakan agar pembangunan yang dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh berbagai badan serta di berbagai daerah berjalan serasi dan menghasilkan sinergi.
Koordinasi merupakan pekerjaan yang tidak mudah, dan merupakan tugas manajemen pembangunan untuk menjamin bahwa segala usaha pembangunan berjalan dalam arah yang sesuai dan menuju pada pencapaian sasaran.
Koordinasi dengan demikian merupakan upaya untuk menghasilkan pembangunan yang efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran secara optimal.

Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan diperlukan pula agar pelaksanaan pembangunan yang bergeser dari rencana dapat diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang sesuai.
Evaluasi kinerja (performance evaluation) dapat memberikan informasi tidak hanya menyangkut input dan output tetapi lebih jauh lagi menyangkut hasil (result) dan manfaat (benefit), termasuk pula dampaknya

Pergeseran dapat berupa:
sasaran yang tidak tercapai
sasaran terlampaui
ada peralihan dari sasaran satu ke sasaran lain.

Pergeseran tersebut terjadi karena:
ada hambatan yang tidak diketahui atau diperhitungkan pada waktu perencanaan,
ada perkembangan keadaan yang tidak dapat diantisipasi pada tahap perencanaan
realisasi dari perkiraan yang berbeda dari perencanaan
perencanaannya keliru.
tugas administrasi pembangunan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan, serta mengambil langkahlangkah apabila dari hasil pemantauan diperlukan pemecahan masalah atau perubahan (revisi) pada upaya pembangunan yang direncanakan.

Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada:
Pada saat proyek sedangn berjalan (on going ev)
Proyek selesai dibangun (terminal ev)
Proyek sudah berfungsi ( expost ev)
Evaluasi dilakukan dengan menetapkan indikator dan melaksanakan studi evaluasi yang terdiri dari:
Input : sumber daya yg tersedia
Output : hasil keluaran dari input yang tersedia
Outcome : hasil dari output
Impact : kontribusi outcome thd hasil yg lebih makro

Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan
Pengawasan mirip dengan pemantauan, perbedaannya adalah:
Pengawasan lebih menekankan pada akuntabilitas dan trasnparansi sektor publik
Lebih ditekankan pada penanganan sumber dana (financial resources)
Terjadi pada saat proyek/program dilaksanakan untuk deteksi dini penyimpangan
Pengawasan akan lebih baik apabila bersifat menangkal kerugian yang lebih besar
Kegiatan pengawasan berfokus pada siapa, apa yang salah dan mengapa kesalahan itu terjadi
Sistem pengawasana dapat dibagi menjadi 2: operasional dan organisasional

SI dalam Adm Pembangunan

Ketersediaan data/informasi yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam manajemen pembangunan bahkan menjadi modal pokok dalam perencanaan
Untuk itu diperlukan suatu Sistem Informasi agar informasi dapat diperoleh secara cepat dan akurat
Untuk itu perlu diimplementasikan electronic government dalam administrasi pembangunan
eGov mampu menjalankan administrasi pembangunan dan pembangunan administrasi secara bersamaan.